Siapa sangka, beternak puyuh ternyata bisa menjadikan Anda seorang
jutawan. Penghasilan sedikitnya 10 juta sebulan bisa diperoleh mengingat
tingginya permintaan telur puyuh saat ini.
Wilayah luas yang membentang dari Sabang hingga Merauke tak lantas
menjadikan Indonesia mandiri, dan mampu mengatasi besarnya permintaan
pasar terhadap telur puyuh. Seperti dilansir Antara News, saat ini
Indonesia kekurangan 7,5 juta hingga 8 juta butir telur puyuh setiap
pekan, sementara produksi telur puyuh saat ini yang hanya 3 juta-3,5
juta/pekan.
Slamet Wurya, Ketua Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia mengungkapkan
bahwa penawaran dan permintaan dalam industri telur puyuh kita sangat
tidak seimbang, kebutuhan kita mencapai 11 juta telur/pekan sementara
produksinya hanya 3,5 juta butir/pekan.
Menurut Slamet Wurya, defisit itu menggambarkan Indonesia membutuhkan
lebih banyak wirausaha dan pelaku budidaya puyuh. Tentunya, peluang
pasar untuk telur puyuh masih sangat terbuka lebar di Indonesia.
Apalagi, burung puyuh ini tidak hanya menghasilkan telur, namun juga
menghasilkan kotoran yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk pertanian,
pupuk perikanan, hingga biogas.
Dari hitung-hitungan ekonomi, budidaya burung puyuh pun sangat menggiurkan. Ciputraentrepreneurship.com
mengungkapkan bahwa satu peternak bisa kebanjiran pesanan hingga 8.000
telur per hari. Itu belum termasuk permintaan bibit dan daging burung
puyuh. Omzet minimal Rp 10 juta per bulan.
Akibat permintaan yang terus bertambah, Soediyono Soediro, peternak
burung puyuh di Sukabumi, Jawa Barat, mengatakan, dirinya tidak pernah
memiliki stok telur puyuh. “Ibarat gorengan, masih di wajan sudah ada
yang pesan,” katanya.
Hadi Santoso, peternak burung puyuh di Jombang, Jawa Timur juga
kebanjiran pesanan. Sehari rata-rata ia menerima pesanan telur puyuh
sekitar 3.000 butir. Kalau sedang ramai bisa mencapai 8.000 butir.
Lantaran peternakannya hanya punya sekitar 1.000 burung puyuh, tentu
Hadi tidak sanggup memenuhi permintaan tersebut. Karena itu, dia membeli
telur-telur puyuh dari peternak lain.
Harga telur puyuh yang sudah matang dibanderol dengan harga Rp 170
per butir. Dalam sebulan, Hadi bisa menangguk pendapatan minimal Rp 10
juta. “Saat memulai bisnis ini, waktu itu saya berusia 19 tahun dan
hanya dengan modal Rp 2 juta,” ujar dia.
Pertanyaannya, sudahkah pemerintah menggodok peluang ini ? Budidaya
puyuh seharusnya dimaksimalkan dengan melakukan pembinaan dan
mengucurkan modal kepada rakyat – khususnya yang belum memiliki
pekerjaan.
Hitung-hitungannya sebagai berikut:
Saat ini kita kekurangan 8.000.000 telur puyuh per pekan/ 1.142.857
per hari, dan peternak puyuh diasumsikan mampu menyediakan 5,000 butir
perhari, maka kita masih kekurangan 228 peternak telur puyuh di
Indonseia.
Majalah Poultry Indonesia mencatat, Pemerintah
melalui Direktorat Budidaya Ternak telah membina peternak puyuh yang
dilakukan sejak tahun 2006 pada beberapa kelompok yang jumlahnya
berkisar dari 1- 14 kelompok setiap tahunnya. Masalahnya adalah, jumlah
tersebut masih belum mencukupi untuk pemenuhan permintaan telur puyuh di
pasaran. Jauh lebih bijak dan bermanfaat jika pemerintah menggunakan
dana yang tersedia untuk membantu rakyat mengembangkan peternakan puyuh,
ketimbang menggelontorkan dana untuk mobil murah yang hanya
menguntungkan kaum kapitalis.
sumber : liputanislam.com