Kamis, 29 Mei 2014

Mau Kaya? Ayo Beternak Puyuh

Siapa sangka, beternak puyuh ternyata bisa menjadikan Anda seorang jutawan. Penghasilan sedikitnya 10 juta sebulan bisa diperoleh mengingat tingginya permintaan telur puyuh saat ini.
Wilayah luas yang membentang dari Sabang hingga Merauke tak lantas menjadikan Indonesia mandiri, dan mampu mengatasi besarnya permintaan pasar terhadap telur puyuh. Seperti dilansir Antara News, saat ini Indonesia kekurangan 7,5 juta hingga 8 juta butir telur puyuh setiap pekan, sementara produksi telur puyuh saat ini yang hanya 3 juta-3,5 juta/pekan.

Slamet Wurya, Ketua Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia mengungkapkan bahwa penawaran dan permintaan dalam industri telur puyuh kita sangat tidak seimbang, kebutuhan kita mencapai 11 juta telur/pekan sementara produksinya hanya 3,5 juta butir/pekan.
Menurut Slamet Wurya, defisit itu menggambarkan Indonesia membutuhkan lebih banyak wirausaha dan pelaku budidaya puyuh. Tentunya, peluang pasar untuk telur puyuh masih sangat terbuka lebar di Indonesia. Apalagi, burung puyuh ini tidak hanya menghasilkan telur, namun juga menghasilkan kotoran yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk pertanian, pupuk perikanan, hingga biogas.

Dari hitung-hitungan ekonomi, budidaya burung puyuh pun sangat menggiurkan. Ciputraentrepreneurship.com mengungkapkan bahwa satu peternak bisa kebanjiran pesanan hingga 8.000 telur per hari. Itu belum termasuk permintaan bibit dan daging burung puyuh. Omzet minimal Rp 10 juta per bulan.
Akibat permintaan yang terus bertambah, Soediyono Soediro, peternak burung puyuh di Sukabumi, Jawa Barat, mengatakan, dirinya tidak pernah memiliki stok telur puyuh. “Ibarat gorengan, masih di wajan sudah ada yang pesan,” katanya.

Hadi Santoso, peternak burung puyuh di Jombang, Jawa Timur juga kebanjiran pesanan. Sehari rata-rata ia menerima pesanan telur puyuh sekitar 3.000 butir. Kalau sedang ramai bisa mencapai 8.000 butir. Lantaran peternakannya hanya punya sekitar 1.000 burung puyuh, tentu Hadi tidak sanggup memenuhi permintaan tersebut. Karena itu, dia membeli telur-telur puyuh dari peternak lain.

Harga telur puyuh yang sudah matang dibanderol dengan harga Rp 170 per butir. Dalam sebulan, Hadi bisa menangguk pendapatan minimal Rp 10 juta. “Saat memulai bisnis ini, waktu itu saya berusia 19 tahun dan hanya dengan modal Rp 2 juta,” ujar dia.

Pertanyaannya, sudahkah pemerintah menggodok peluang ini ? Budidaya puyuh seharusnya dimaksimalkan dengan melakukan pembinaan dan mengucurkan modal kepada rakyat – khususnya yang belum memiliki pekerjaan.

Hitung-hitungannya sebagai berikut:
Saat ini kita kekurangan 8.000.000 telur puyuh per pekan/ 1.142.857 per hari, dan peternak puyuh diasumsikan mampu menyediakan 5,000 butir perhari, maka kita masih kekurangan 228 peternak telur puyuh di Indonseia.

Majalah Poultry Indonesia mencatat, Pemerintah melalui Direktorat Budidaya Ternak telah membina peternak puyuh yang dilakukan sejak tahun 2006 pada beberapa kelompok yang jumlahnya berkisar dari 1- 14 kelompok setiap tahunnya. Masalahnya adalah, jumlah tersebut masih belum mencukupi untuk pemenuhan permintaan telur puyuh di pasaran. Jauh lebih bijak dan bermanfaat jika pemerintah menggunakan dana yang tersedia untuk membantu rakyat mengembangkan peternakan puyuh, ketimbang menggelontorkan dana untuk mobil murah yang hanya menguntungkan kaum kapitalis.

sumber : liputanislam.com

Rabu, 28 Mei 2014

Resep Sukses Beternak Puyuh


Banyak peternak puyuh yang gulung tikar karena tidak mampu menyeimbangkan ongkos produksi dan pendapatannya. Akan tetapi Wagimin justru hendak memperluas peternakannya. Nah, inilah “resep” keberihasilannya!.
Protein telur puyuh memang lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam. Dagingnyapun tidak kalah lezat dibandingkan dengan ayam potong. Jadi, tak mengherankan bila permintaan daging puyuh semakin meningkat. Namun, sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi telur maupun daging puyuh. Bahkan, ironisnya saat ini justru banyak peternak puyuh yang terpaksa gulung tikar.
Namun ada pula peternak yang sukses. Misalnya Wagimin yang beralamat di Ds. Parung Seah, Sukabumi Jawa Barat menggeluti usaha peternakan puyuh sejak kurang lebih 15 tahun yang lalu. Cara beternak Wagimin ini bisa kita simak untuk bahan pelajaran.

1. Pembibitan dan Penetasan

kandang puyuh, cara beternak burung puyuh, puyuh petelur, kandang burung puyuh, pakan puyuh, ternak puyuh, puyuh jaya, puyuh pedaging, puyuh hutan, kandang puyuh, puyuh pedaging, puyuh putih
Gedung / bangunan untuk kandang puyuh

Bibit unggul merupakan faktor utama dalam peternakan puyuh. Untuk mendapatkan puyuh jenis unggul, Wagimin mendatangkannya dari Jepang, Korea dan Taiwan. Puyuh impor itu lalu disilangkan satu sama lain hingga mendapat jenis puyuh yang menurutnya unggul.
Agar bibitnya bermutu prima, telur yang akan ditetaskan pun harus prima. Telur itu harus berasal dari induk yang sehat. Dan yang terpenting, telur sudah dibuahi, tidak rusak (retak, pecah), tidak disimpan terlalu lama (paling lama seminggu), berukuran sedang, dan berwarna agak kehitaman.
Kemungkinan mendapatkan telur yang telah terbuahi akan cukup besar kalau perbandingan antara puyuh jantan dengan betina saat pembibitan 1 : 3. Induk yang akan dijadikan bibit minimal harus berumur 4 bulan dan maksimal 8 bulan. Telur yang telah terbuahi itu harus bersih, tidak terkena air dan disimpan pada tempat yang kering bersuhu 23 – 27 oC. Penetasan telur puyuh bisa menggunakan mesin penetas. Mesin tetas yang baik hendaknya bisa menghasilkan suhu tetap (101 – 102 oF), penyebaran panasnya merata, serta berpengatur suhu otomatis.
Telur diletakkan di tempat telur dalam mesin dengan bagian tumpul berongga udara menghadap ke atas. Pembalikan telur dilakukan 2 kali sehari pada waktu / jam yang sama, agar panas yang diterimanya bisa merata. Selain itu, pembalikan juga berguna agar lembaga (embrio) tidak melekat ke satu sisi lalu mati. Enam belas hingga tujuh belas hari kemudian biasanya semua telur telah menetas.

2. Perawatan Anak Puyuh

kandang puyuh, cara beternak burung puyuh, puyuh petelur, kandang burung puyuh, pakan puyuh, ternak puyuh, puyuh jaya, puyuh pedaging, puyuh hutan, kandang puyuh, puyuh pedaging, puyuh putih

Kematian terbesar anak puyuh biasanya terjadi pada masa kritis (0- 5 hari) karena perubahan suhu yang drastis dari mesin tetas ke kandang anak. Hal ini harus dicegah dengan cara pengaturan suhu yang disesuaikan dengan kondisi cuaca. Pada 5 hari pertama suhunya 90oF. Pengaturan suhu ini bisa dilakukan dengan pemanasan lampu pijar (bohlam) 25 atau 40 watt. Untuk menjaga kestabilan suhunya, bagian atas kandang ditutup karung. Bila kepanasan, karung dilipat. Sebaliknya, bila kedinginan, karung ditutupkan kembali.
Menurut Wagimin, sedapat mungkin anak burung puyuh dijauhkan dari pengaruh lingkungan yang sangat berfluktuasi. Oleh karena itu, konstruksi kandangnya pun harus dibuat sesuai dengan keperluan tersebut. Kotak dari triplek berukuran 1,0 x 3,6 x 0,4 m yang atasnya ditutup kawat cukup ideal untuk ditempati oleh sekitar 350 anak puyuh.
Lima hari pertama alas kandang harus dilapisi sekam setinggi 2 cm. Lima hari kemudian separo bagian dari alas kandang tidak dilapisi lagi dengan sekam, melainkan langsung terbuat dari kawat. Meksudnya, agar anak puyuh bisa beradaptasi dan terbiasa, karena setelah ia dewasa alas kandangnya hanya terbuat dari kawat. Sekam harus diganti tiap 2 hari sekali. Lamanya masa perawatan anak ini 2 minggu. Setelah itu, anak-anak puyuh dipindahkan ke kandang remaja.

3. Memelihara Puyuh Remaja dan Dewasa

kandang puyuh, cara beternak burung puyuh, puyuh petelur, kandang burung puyuh, pakan puyuh, ternak puyuh, puyuh jaya, puyuh pedaging, puyuh hutan, kandang puyuh, puyuh pedaging, puyuh putih

Pemeliharaan puyuh remaja dan dewasa hampir sama. Perbedaannya hanya bertujuan untuk memberikan kesempatan puyuh remaja beradaptasi dengan kandang baru. kandang sebaiknya berbentuk petak-petak dengan ukuran 60 x 90 x 30 cm dan kepadatan 30 – 35 ekor. Sisi kandang seluruhnya terbuat dari kawat, dengan demikian pula lantainya. Petak kandang bisa dibuat memanjang dan bertingkat. Namun Wagimin menyarankan petak kandang remaja sebaiknya tidak lebih dari lima tingkat, puyuh dewasa bisa 7 tingkat. Jumlah petak memanjang bisa sampai 9. Agar kotorannya tidak menimpa puyuh di bawahnya bagian bawah lantai harus diberi laci-laci dari triplek/seng. Lantai kandang puyuh dewasa sebaiknya dibuat miring, agar telurnya menggelinding ke tepi, sehingga mudah mengambilnya. Puyuh remaja harus dipindahkan ke kandang dewasa setelah berumur 27 – 30 hari.
Kandang remaja maupun dewasa tidak perlu pemanasan lagi. Pemanasan yang berlebihan justru dapat berakibat negatif bagi produksi dan perkembangan puyuh.  Bagian luar kandang perlu diberi lampu pijar 10 – 15 watt, agar puyuh masih bisa melihat pada saat makan.

4. Ransum Untuk Pakan Anak Puyuh

Komposisi makanan (ransum) pada masing masing stadia pertumbuhan puyuh harus benar-benar diperhatikan, demikian pula cara pemberiannya. Pemberian ransum puyuh dewasa/remaja hanya satu kali, pada pagi hari. Pada puyuh anakan bisa 2 kali, pada pagi dan sore hari. Jumlah ransum yang diberikan tidak boleh kurang. Agar puyuh tidak menyerang temannya sendiri. Puyuh dewasa membutuhkan makanan 2530 g/hari. Tiap petak kandang (30 ekor) bisa diberi pakan kira-kira 1 kg. Sengaja dilebihkan agar puyuh jangan sampai kekurangan makanan.

5. Sanitasi dan Pencegahan Penyakit Puyuh

cara beternak burung puyuh, puyuh petelur, kandang burung puyuh, pakan puyuh, ternak puyuh, puyuh jaya, puyuh pedaging

Sebenarnya puyuh relatif tahan terhadap penyakit. Namun daya tahannya bisa menurun bila stress, usianya telah kritis, dan fluktuasi cuaca sangat tajam.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan sanitasi. Selain itu juga dilakukan pemberian desinfektan pada kandang sebelum ditempati, dilakukan pembersihan kotoran setiap hari, dan diciptakan keadaan yang bersih dan nyaman. Pemberian vitamin dan obat pencegah penyakit pada saat daya tahannya menurun sangat dianjurkan.
Beternak puyuh relatif mudah, dapat dilakukan di mana saja, modal usahanya tidak terlalu besar tempat yang diperlukan pun tidak luas. Ini merupakan alternatif sumber ekonomi keluarga yang patut diupayakan.

Sumber : lintas.me



Senin, 26 Mei 2014

Sukses Jadi Pengusaha Telur Puyuh

Banyak kisah TKI bernasib naas. Kalau pun tidak, TKI yang pulang kampung acapkali gagal memanfaatkan uang yang dikumpulkannya selama bekerja di luar negeri. Lalu, bingung mencari pekerjaan lagi dan selamanya hanya menjadi kuli. Padahal, menjadi kuli di negeri sendiri penghasilannya tak mungkin sama dengan di luar negeri.
Sementara itu, usia produktifnya dihabiskan di negeri rantu. Pulang sudah usia setengah tua. Sudah tak bisa punya daya tawar memilih pekerjaan. Lebih parah lagi, mantan TKI cenderung malas bekerja dengan gaji rendah. Sebab, sudah terbiasa dengan gaji besar di luar negeri.
Menyadari kemungkinan terjadinya hal buruk tersebut, mantan TKI yang merupakan pasangan suami istri, Sukisman dan Dewi, mencoba menyiapkan hari tua seawal mungkin. Keduanya sama-sama berusia 35 tahun, dan pernah menjadi Tki di Korea.
Pasangan suami istri yang mengaku saling bertemu di Jakarta itu kini sukses beternak telur puyuh. Keuntungan bersihnya mencapai Rp. 1 juta/pekan. Modal awal pun sudah kembali dalam waktu enam bulan.
Sukses itu tidak datang tanpa ujian. Tetapi diawali dengan kebangkitan total usahanya dalam beternak sapi. Akibat kebangkrutan besar itu, Dewi harus rela ditinggal pergi suaminya ke Korea. Mencari modal lagi untuk usaha.
Padahal, waktu itu Dewi yang asli Garut, Jawa Barat baru saja melahirkan anak pertamanya, Gerrad Meilano (5). Sedangkan putra keduanya, Aditya Al Majid yang kini berusia 11 bulan lahir hampir bersamaan dimulainya bisnis telur puyuh.
Dewi mengawali rumah tangganya dengan ketidakpastian sumber penghasilan. Namun, mereka kini sudah mapan. Memiliki toko pakan ternak bertingkat dua dan beternak puyuh petelur sebanyak 4 ribu ekor.
Penjualnya juga sudah ajeg. Ada pengepul dari Klaten yang setiap dua minggu sekali datang mengambil telur. Ini masih ditambah keuntungan besar bisnis burung kicau yang harganya mulai dua ratus ribu sampai jutaan rupiah.
Sukses Pasca Bangkrut
Dewi, asal Garut Jawa Barat. Berasal dari keluarga tidak mampu dan tinggal di desa. Seperti pada umumnya perempuan muda yang baru saja lulus SMA di tahun 1996, Dewi juga ingin segera bekerja. Pasalnya, sekolah di perguruan tinggi jelas tidak mungkin.
Ketiadaan biaya menjadi kendala. Alhasil, sejak tamat dari SMA, Dewi bertekad mencari pekerjaan sebisanya. Padahal, di Garut jarang ada pabrik besar. Karena itu, Dewi yang ingin mengubah nasibnya membulatkan tekad untuk merantau.
Pertama kali, bekerja di sebuah pabrik di Purwokerto. Tetapi, hanya bertahan selama dua tahun. Sesudah itu, pulang ke desa dan menganggur. Tak ingin hanya berpangku tangan, Dewi kembali bekerja. Tekadnya semakin bulat dan besar, sehingga dirinya memutuskan untuk bekerja ke luar negeri.
Setelah susah payah melamar melalui PJTKI, awal tahun 2003 bisa berangkat ke luar negeri dan bekerja di sebuah pabrik pembalut di Korea. Ketika hendak berangkat ke luar negeri itulah, dia bertemu dan berkenalan dengan Sukisman. Seorang TKI asal Selman yang juga hendak mengadu nasib di Korea.
Perkenalan itu berlanjut salama keduanya berada di negeri orang. Sehabis masa kontak kerja yang kedua, Dewi dan Sukisman pulang ke Indonesia. Waktu itu, tahun 2005. Setahun kemudian, 2006, mereka menikah, “waktu menikah itu, kami sama-sama masih menganggur,” ungkap Dewi.
Saking pusingnya tak kunjung mendapat pekerjaan, Sukisman nekad berangkat ke Korea lagi. Sedangkan Dewi tinggal di Garut bersama anak pertamanya yang waktu itu baru berusia dua minggu.
Tiga tahun lamanya Sukisman bekerja di Korea. Tahun 2009, Sukisman pulang dan keduanya sepakat membuka usaha di kampung halaman Sukisman di Pendowoharjo, Sleman. Dewi setuju.
“Tahun 2009 itu, kami sepakat beternak sapi. Tidak tanggung-tanggung, kami berdua membeli 10 ekor sapi. Tapi, semua itu gagal. Harga sapi terjun bebas dan kami rugi dua juta rupiah perekor. Itu belum termasuk kerugian tenaga dan pakan,” kenang Dwi.
Namun, kegagalan itu tak membuat mereka putus asa. Sebaliknya, terus memompa semangat suaminya untuk terus berushaa. Akhirnya melalui seorang teman, Dewi belajar beternak puyuh petelur.
Akhir tahun 2009, Dewi dan Sukisman bahu membahu membangun peternakan puyuh. Uang sisa penjualan sapi yang ruti, diinvestasikan lagi untuk beternak telur puyuh dan membuat warung pakan ternak kecil-kecilan.
“Tidak disangka, dari ternak puyuh sebanyak 4 ribu ekor, semua modal sudah kembali dalam waktu enam bulan. Omzetnya sangat tinggi,” kata Dewi.
Kini, Dewi semakin tekun memelihara telur puyuh. Sekalipun cukup sulit, hasilnya sepadan.
Memelihara puyuh petelur itu sulit, karena tergolong ternak sensitif. Mudah tertular penyakit dan stres. “Kalau mendengar suara keras yang mendadak, puyuh bisa stres. Tapi dengan kandang yang tertutup dan dibersihkan setiap hari, semua kendala itu tidak bermasalah,” jelas Dewi, seraya mengimbuhkan karena itu pula dirinya melarang orang lain untuk bisa mauk ke kandang. Selain keuntungan dari telur puyuh. Dewi juga masih memperoleh keuntungan lain dari penjualan kotoran puyuhnya. Dari 4 ribu ekor puyuh, dalam sehari menghasilkan kotoran sebanyak 3 ember. “Satu ember kotoran puyuh yang masih basah laku terjual sebesar seribu rupiah,” katanya.
Sedangkan dari puyuhnya sendiri, kadang juga masih bisa diperoleh sedikit keuntungan lagi. Setahun, sekali, puyuh yang sudah tidak produktif dijual seharga Rp. 2.500/ekor dan diganti puyuh usia 3 minggu. “Puyuh akan mulai bertelur pada usia 60 hari dan mencapai puncak produktivitasnya pada usia 10 bulan,” pungkasnya.

Potensi Bisnis Ternak Burung Puyuh

Burung puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang bertubuh kecil, memiliki bulu yang berwarna kecoklatan dan tidak dapat terbang layaknya jenis burung lainnya. Burung puyuh sendiri berasal dari daratan Amerika, dan mulai dibudidayakan di wilayah Indonesia pada tahun 1979. Meskipun demikian, saat ini jenis burung puyuh yang banyak dikembangkan para peternak Indonesia adalah Contrunix Japonica (jenis burung puyuh dari Jepang). Mengingat jenis burung puyuh Jepang relatif lebih tahan penyakit dan memiliki kemampuan produksi yang sangat bagus.
Permintaan daging dan telur puyuh yang cukup tinggi banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai salah satu peluang bisnis ternak unggas yang menjanjikan untung besar. Hewan yang dikenal masyarakat Jawa dengan sebutan burung Gemak ini juga memiliki masa pertumbuhan yang relatif singkat yaitu sekitar 42 hari (6 minggu) saja. Dan setiap tahunnya dapat memproduksi telur sebanyak 200-300 butir. Selain itu ternak puyuh juga relatif cukup mudah dan memiliki resiko bisnis yang kecil. Sehingga tidak salah bila sebagian besar masyarakat menjadikan potensi bisnis ternak burung puyuh sebagai sumber mata pencahariannya.

Ternak puyuh tidak merepotkan

Yang perlu diperhatikan dalam berternak burung puyuh salah satunya pemilihan lokasi peternakan. Sebaiknya pilih lokasi yang jauh dari kebisingan agar burung puyuh tidak terkena stress, dan pastikan bahwa lokasi peternakan juga mendapat sinar matahari dan sirkulasi udara yang cukup baik. Selanjutnya usahakan suhu lingkungan peternakan berkisar antara 20-28° C dengan tingkat kelembapan 30-80%. Hal ini sangat penting agar lingkungan kandang benar-benar terjaga dan terhindari dari segala penyakit yang dapat menyerang burung puyuh.

ternak puyuh
Ternak puyuh petelur biasanya dilakukan di kandang yang berukuran 1 m2 dan memiliki tinggi 30-35 cm. Kandang bisa disusun 3 sampai 4 tingkat, dan tiap tingkatnya berisi 30 atau 35 ekor burung puyuh betina. Biasanya permukaan kandang dibuat dengan kemiringan 30°, sehingga lantai depan lebih rendah dari lantai belakang. Fungsinya agar telur puyuh yang dihasilkan bisa langsung turun ke penampungan telur yang ada di depan kandang.
Sedangkan untuk tempat makan dan minum sebaiknya diletakan di luar kandang, agar lingkungan tempat tinggal puyuh tidak ikut kotor. Biasanya para peternak menggunakan potongan ruas bambu dan wadah dari plastik untuk tempat makan serta minum burung puyuh. Jenis pakan yang diberikan pun berbeda, untuk puyuh usia 1-3 minggu diberi pakan Quail starter, puyuh usia 3-6 minggu diberi pakan Quail grower dan untuk puyuh yang berusia lebih dari 6 minggu diberi pakan Quail layer. Pemberian pakan pun juga terbilang sangat hemat, karena puyuh dewasa hanya diberi makan satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Dan pemberian pakan untuk anakan puyuh dikakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Dengan bekal keuletan dan ketrampilan dalam membudidayakan burung puyuh, tidak ada ruginya bila Anda mengembangkan potensi bisnis tersebut di daerah tempat tinggal Anda. Karena dimanapun Anda berada selalu ada peluang yang dapat Anda manfaatkan untuk memulai sebuah usaha. Mulailah dari yang kecil, mulailah dari yang mudah,dan mulailah dari sekarang. Salam sukses.
(Sumber : bisnis ukm.com

Minggu, 25 Mei 2014

Burung Puyuh: Telurnya habis diserap pasar

Burung puyuh atau gemak cukup populer bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Burung yang tidak dapat terbang ini banyak dibudidayakan untuk diambil telur maupun dagingnya.
Peluang budidaya burung ini lumayan menjanjikan lantaran permintaan pasar cukup tinggi. Salah seorang peternak burung puyuh ini adalah Andri Warliyansyah di Cibiru, Bandung, Jawa Barat.
Ia mengaku, tertarik membudidayakan burung puyuh karena fulusnya lumayan. "Terutama permintaan telurnya, selalu habis diserap pasar," ujar Andri yang menekuni budidaya puyuh sejak tahun 2010 ini.
Saat ini, ia memiliki sekitar 700 indukan burung puyuh. Sekitar 80% dari indukan itu selalu bertelur setiap hari. Masing-masing indukan menghasilkan satu telur saban harinya.
Oleh Andri, telur-telur burung puyuh itu dikumpulkan dan dijual setiap seminggu sekali. "Dalam seminggu saya bisa menjual 5.000 butir telur puyuh," ujarnya.
Harga telur di tingkat peternak sekitar Rp 200 per butir. Dari telur ini saja, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 4 juta per bulan. Itu belum termasuk omzet dari menjual bibit burung puyuh.
Sebagian telur yang tidak dijual, ditetaskan menggunakan mesin penetas. "Telur menetas selama 17 hari di taruh di mesin," ujarnya. Harga bibit puyuh ini mulai Rp 2.500 untuk yang baru lahir hingga Rp 8.500 untuk yang sudah berusia 45 hari. Puyuh usia 45 ini sudah memasuki usia produktif dan siap bertelur.
Dari penjualan bibit ini, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 5 juta per bulan. Bibit burung puyuh ini tidak dijual ke pasar seperti telur. "Tapi dijual langsung ke konsumen-konsumen yang mau mencoba beternak burung puyuh," katanya.
Sukses beternak puyuh juga dirasakan Baskoro, asal Madiun, Jawa Timur. Ia telah menekuni usaha budidaya burung puyuh sejak 2005. Saat ini, Baskoro memiliki 1.500 ekor indukan burung puyuh. "Burung puyuh ini bertelur setiap hari," ujarnya.
Untuk dapat bertelur, burung tidak perlu dikawinkan dulu dengan pejantan. "Kami hanya memberikan pakan peransang bertelur saja," ujar Basokoro.
Dalam sehari, Baskoro bisa memanen telur puyuh sebanyak 1.300 butir telur.

Omzetnya dari penjualan telur ini mencapai sekitar Rp 300.000 - Rp 400.000 per hari. Ia bilang, masa produktif burung puyuh berlangsung selama satu tahun.
Setelah itu, burung bisa dijual untuk diambil dagingnya. "Kami pun harus mencari calon indukan baru," katanya. Baskoro memasarkan telur puyuh di daerah Madiun dan sekitarnya. Ia bilang, permintaan masyarakat akan telur puyuh masih sangat tinggi di pasaran. Ia sendiri belum bisa memenuhi permintaan pasar tersebut. (bersambung)

Jumat, 23 Mei 2014

Tips Cara Memelihara Burung Puyuh

Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulaiBudidaya Burung Puyuh, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) & pengelolaan usaha peternakan. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dgn tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
  • utk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yg sehat atau bebas dr kerier penyakit.
  • utk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan & puyuh petelur afkiran.
  • utk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yg baik produksi telurnya & puyuh jantan yg sehat yg siap membuahi puyuh betina agar bisa menjamin telur tetas yg baik.
1) Sanitasi & Tindakan Preventif
  • Untuk menjaga timbulnya penyakit pd pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungankandang & vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.
2) Pengontrolan Penyakit
  • Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat & apabila ada tanda-tanda yg kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dgn petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dr Poultry Shoup.
3) Pemberian Pakan
  • Ransum (pakan) yg bisa diberikan utk puyuh terdiri dr beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah & tepung. sebab puyuh yg suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dgn mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi & siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. utk pemberian minum pd anak puyuh pd bibitan terus-menerus. 

Menghitung Peluang Bisnis Telur Puyuh

Permintaan telur burung puyuh terus menanjak dari hari ke hari. Satu peternak bisa kebanjiran pesanan hingga 8.000 telur per hari. Itu belum termasuk permintaan bibit dan daging burung puyuh. Omzet minimal Rp 10 juta per bulan. 

Telur burung puyuh menjadi kudapan primadona bagi sebagian orang. Permintaan telur binatang bernama Latin Coturnix japonica ini terus meningkat dari hari ke hari.

Akibat permintaan yang terus bertambah, Soediyono Soediro, peternak burung puyuh di Sukabumi, Jawa Barat, mengatakan, dirinya tidak pernah memiliki stok telur puyuh. “Ibarat gorengan, masih di wajan sudah ada yang pesan,” katanya. 

Soediyono menjalani bisnis peternakan burung puyuh sejak 10 tahun lalu. Peternakan miliknya yang diberi label Campur Sari Farm memiliki sekitar 2.500 burung puyuh dengan produktivitas mencapai sekitar 80%. Total produksi telur per hari mencapai maksimal 2.000 butir. 

Ia lebih banyak menjual ke pedagang eceran. “Pedagang grosir tidak terlalu banyak,” ujar Soediyono. Menurutnya, pedagang grosir selalu membeli dalam jumlah banyak dan memiliki kontrak yang harus dipenuhi. Karena masalah modal, ia belum bisa mengembangkan peternakan miliknya. 

Soediyono menjual telur puyuh matang seharga Rp 220 per butir. Harganya lebih mahal karena memiliki kualitas yang bagus. Contoh, ukuran telurnya yang lebih besar. 

Kalau telur puyuh produksi peternakan lain berisi lebih dari 100 butir per kilogram, telur produksi peternakan Soediyono hanya berisi sekitar 90 butir. “Harganya tergolong stabil. Kenaikan harga terutama jika harga pakan naik,” katanya. 

Saban hari, setiap ekor burung puyuh memerlukan 20 gram pakan. Itu sebabnya, per bulan, Soediyono sedikitnya membutuhkan pakan hingga 1,5 ton. Dengan harga Rp 450 per kg, ia perlu Rp 675.000 untuk biaya pakan. 

Hadi Santoso, peternak burung puyuh di Jombang, Jawa Timur juga kebanjiran pesanan. Sehari rata-rata ia menerima pesanan telur puyuh sekitar 3.000 butir. Kalau sedang ramai bisa mencapai 8.000 butir. 

Biasanya, permintaan banyak datang dari pedagang telur. Sisanya dari konsumen rumah tangga. Tapi, “Konsumen rumah tangga tidak banyak,” ungkap Hadi yang memulai usaha sejak 1997. 

Lantaran peternakannya hanya punya sekitar 1.000 burung puyuh, tentu Hadi tidak sanggup memenuhi permintaan tersebut. Karena itu, dia membeli telur-telur puyuh dari peternak lain.

Harga telur puyuh yang sudah matang dibanderol dengan harga Rp 170 per butir. Dalam sebulan, Hadi bisa menangguk pendapatan minimal Rp 10 juta. “Saatmemulai bisnis ini, waktu itu saya berusia 19 tahun dan hanya dengan modal Rp 2 juta,” ujar dia. 

Selain menjual telur puyuh, Soediyono juga menjual bibit dan daging puyuh. Tapi, ia tidak melego burung puyuh yang baru berusia sehari. Jika sudah berumur satu bulan, Soediyono baru melepas seharga Rp 9.500 per ekor. 

Ia beralasan, pembeli bibit burung puyuh paling banyak adalah peternak pemula, sehingga akan kesulitan memelihara di bulan pertama kalau bibitnya baru berusia satu hari. “Risiko kematian saat masih kecil cukup besar. Dalam dua pekan, bibit-bibit buruh puyuh akan mulai bertelur,” ujarnya. 

Meski begitu, Soediyono tidak sembarangan menjual bibit burung puyuh. Dalam tempo sebulan, ia hanya menjual dua kali bibit burung yang dalam bahasa Jawa disebut gemak itu, dengan sekali angkat sekitar 500 ekor. 

Jika bermaksud mengambil dagingnya, Soediyono biasanya menjual burung puyuh jantan. Bisa juga betina afkir atau betina yang berumur lebih dari dua tahun dan sudah tidak produktif bertelur lagi. 

Kalau ada yang ingin beternak burung puyuh, Hadi menyarankan, para peternak pemula memilih lokasi kandang yang pas. Tempat yang paling bagus adalah yang aman dan tidak mengganggu lingkungan sekitar. “Selain membuat ternak lebih nyaman, juga bisa menumbuhkan tingkat produktivitas ternak dalam bertelur