Banyak peternak puyuh yang gulung tikar
karena tidak mampu menyeimbangkan ongkos produksi dan pendapatannya.
Akan tetapi Wagimin justru hendak memperluas peternakannya. Nah, inilah
“resep” keberihasilannya!.
Protein telur puyuh memang lebih tinggi
dibandingkan dengan telur ayam. Dagingnyapun tidak kalah lezat
dibandingkan dengan ayam potong. Jadi, tak mengherankan bila permintaan
daging puyuh semakin meningkat. Namun, sayangnya, hal ini tidak
diimbangi dengan peningkatan produksi telur maupun daging puyuh. Bahkan,
ironisnya saat ini justru banyak peternak puyuh yang terpaksa gulung
tikar.
Namun ada pula peternak yang sukses.
Misalnya Wagimin yang beralamat di Ds. Parung Seah, Sukabumi Jawa Barat
menggeluti usaha peternakan puyuh sejak kurang lebih 15 tahun yang lalu.
Cara beternak Wagimin ini bisa kita simak untuk bahan pelajaran.
Bibit unggul merupakan faktor utama dalam
peternakan puyuh. Untuk mendapatkan puyuh jenis unggul, Wagimin
mendatangkannya dari Jepang, Korea dan Taiwan. Puyuh impor itu lalu
disilangkan satu sama lain hingga mendapat jenis puyuh yang menurutnya
unggul.
Agar bibitnya bermutu prima, telur yang
akan ditetaskan pun harus prima. Telur itu harus berasal dari induk yang
sehat. Dan yang terpenting, telur sudah dibuahi, tidak rusak (retak,
pecah), tidak disimpan terlalu lama (paling lama seminggu), berukuran
sedang, dan berwarna agak kehitaman.
Kemungkinan mendapatkan telur yang telah
terbuahi akan cukup besar kalau perbandingan antara puyuh jantan dengan
betina saat pembibitan 1 : 3. Induk yang akan dijadikan bibit minimal
harus berumur 4 bulan dan maksimal 8 bulan. Telur yang telah terbuahi
itu harus bersih, tidak terkena air dan disimpan pada tempat yang kering
bersuhu 23 – 27 oC. Penetasan telur puyuh bisa menggunakan
mesin penetas. Mesin tetas yang baik hendaknya bisa menghasilkan suhu
tetap (101 – 102 oF), penyebaran panasnya merata, serta berpengatur suhu otomatis.
Telur diletakkan di tempat telur dalam
mesin dengan bagian tumpul berongga udara menghadap ke atas. Pembalikan
telur dilakukan 2 kali sehari pada waktu / jam yang sama, agar panas
yang diterimanya bisa merata. Selain itu, pembalikan juga berguna agar
lembaga (embrio) tidak melekat ke satu sisi lalu mati. Enam belas hingga
tujuh belas hari kemudian biasanya semua telur telah menetas.
Kematian terbesar anak puyuh biasanya
terjadi pada masa kritis (0- 5 hari) karena perubahan suhu yang drastis
dari mesin tetas ke kandang anak. Hal ini harus dicegah dengan cara
pengaturan suhu yang disesuaikan dengan kondisi cuaca. Pada 5 hari
pertama suhunya 90oF. Pengaturan suhu ini bisa dilakukan
dengan pemanasan lampu pijar (bohlam) 25 atau 40 watt. Untuk menjaga
kestabilan suhunya, bagian atas kandang ditutup karung. Bila kepanasan,
karung dilipat. Sebaliknya, bila kedinginan, karung ditutupkan kembali.
Menurut Wagimin, sedapat mungkin anak
burung puyuh dijauhkan dari pengaruh lingkungan yang sangat
berfluktuasi. Oleh karena itu, konstruksi kandangnya pun harus dibuat
sesuai dengan keperluan tersebut. Kotak dari triplek berukuran 1,0 x 3,6
x 0,4 m yang atasnya ditutup kawat cukup ideal untuk ditempati oleh
sekitar 350 anak puyuh.
Lima hari pertama alas kandang harus
dilapisi sekam setinggi 2 cm. Lima hari kemudian separo bagian dari alas
kandang tidak dilapisi lagi dengan sekam, melainkan langsung terbuat
dari kawat. Meksudnya, agar anak puyuh bisa beradaptasi dan terbiasa,
karena setelah ia dewasa alas kandangnya hanya terbuat dari kawat. Sekam
harus diganti tiap 2 hari sekali. Lamanya masa perawatan anak ini 2
minggu. Setelah itu, anak-anak puyuh dipindahkan ke kandang remaja.
Pemeliharaan puyuh remaja dan dewasa
hampir sama. Perbedaannya hanya bertujuan untuk memberikan kesempatan
puyuh remaja beradaptasi dengan kandang baru. kandang sebaiknya
berbentuk petak-petak dengan ukuran 60 x 90 x 30 cm dan kepadatan 30 –
35 ekor. Sisi kandang seluruhnya terbuat dari kawat, dengan demikian
pula lantainya. Petak kandang bisa dibuat memanjang dan bertingkat.
Namun Wagimin menyarankan petak kandang remaja sebaiknya tidak lebih
dari lima tingkat, puyuh dewasa bisa 7 tingkat. Jumlah petak memanjang
bisa sampai 9. Agar kotorannya tidak menimpa puyuh di bawahnya bagian
bawah lantai harus diberi laci-laci dari triplek/seng. Lantai kandang
puyuh dewasa sebaiknya dibuat miring, agar telurnya menggelinding ke
tepi, sehingga mudah mengambilnya. Puyuh remaja harus dipindahkan ke
kandang dewasa setelah berumur 27 – 30 hari.
Kandang remaja maupun dewasa tidak perlu
pemanasan lagi. Pemanasan yang berlebihan justru dapat berakibat negatif
bagi produksi dan perkembangan puyuh. Bagian luar kandang perlu diberi
lampu pijar 10 – 15 watt, agar puyuh masih bisa melihat pada saat
makan.
Komposisi makanan (ransum) pada masing
masing stadia pertumbuhan puyuh harus benar-benar diperhatikan, demikian
pula cara pemberiannya. Pemberian ransum puyuh dewasa/remaja hanya satu
kali, pada pagi hari. Pada puyuh anakan bisa 2 kali, pada pagi dan sore
hari. Jumlah ransum yang diberikan tidak boleh kurang. Agar puyuh tidak
menyerang temannya sendiri. Puyuh dewasa membutuhkan makanan 2530
g/hari. Tiap petak kandang (30 ekor) bisa diberi pakan kira-kira 1 kg.
Sengaja dilebihkan agar puyuh jangan sampai kekurangan makanan.
Sebenarnya puyuh relatif tahan terhadap
penyakit. Namun daya tahannya bisa menurun bila stress, usianya telah
kritis, dan fluktuasi cuaca sangat tajam.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan
sanitasi. Selain itu juga dilakukan pemberian desinfektan pada kandang
sebelum ditempati, dilakukan pembersihan kotoran setiap hari, dan
diciptakan keadaan yang bersih dan nyaman. Pemberian vitamin dan obat
pencegah penyakit pada saat daya tahannya menurun sangat dianjurkan.
Beternak puyuh relatif mudah, dapat
dilakukan di mana saja, modal usahanya tidak terlalu besar tempat yang
diperlukan pun tidak luas. Ini merupakan alternatif sumber ekonomi
keluarga yang patut diupayakan.
Sumber : lintas.me
burung kecil unik dan lucu... cara pelihara puyuh petelur
BalasHapus